1. Judul
: Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Konformitas
2. Latar
Belakang Masalah
Manusia
cenderung mengikuti aturan-aturan yang ada dalam lingkungannya. Hal tersebut
dicontohkan pada saat kita hendak mengambil uang di ATM atau menaruh uang di
bank, kita menunggu giliran dengan mengantri, begitupun ketika ibu-ibu hendak
pergi ke pengajian, mereka akan mengenakan kerudung atau jilbab yang kurang
lebih serasi dengan pakainnya. Sama halnya ketika kita sedang berada di lampu
merah, kita mungkin sering menyaksikan fenomena seperti ini; satu atau dua
pengendara menerobos lampu merah ketika dalam keadaan aman, kemudian diikuti
oleh pengendara lain yang ada dibelakangnya. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa
adanya fenomena konformitas.Konformitas adalah perubahan keyakinan atau tingkah
laku seseorang agar sesuai dengan lingkungan atau kelompok (Callhoun,
1990).Dalam konformitas seorang anggota dalam sebuah kelompok atau lingkungan
mengikuti pola pikir atau tindakan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Menurut
Willis (dalam Sarwono, 2011) , konformitas adalah usaha terus menerus dari
individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok.
Jika persepsi individu tentang norma-norma kelompok (standar sosial) berubah,
maka ia akan mengubah pula tingkah lakunya. Konformitas adalah suatu bentuk
pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai
dengan norma sosial (Baron, Branscombe, Byrne, 2008 dalam Sarwono 2011).
Dalam Konformitas juga ada pengaruh sosial, pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan (belief), persepsi, ataupun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya(Sarwono, 2011) . Menurut Sears dkk (1994) ada beberapa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konformitas yaitu: pengaruh informasi,
kepercayaan terhadap kelompok, kepercayaan yang lemah terhadap penilaian
sendiri, dan rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan. Ditemukan lima
faktor yang dapat mempengaruhi konformitas, yaitu faktor pertama adalah alasan
pribadi yang meliputi melupakan sejenak masalah personal dan membangun perasaan
lebih percaya diri. Faktor kedua adalah kesenangan, faktor ketiga adalah
keterpaksaan, faktor keempat adalah ketidaksetujuan, dan faktor kelima adalah
kesetiakawanan (Sarwono, 2011) . Harapannya untuk setiap individu agar
tidak mengikuti pendapat orang lain kalau sudah jelas itu salah atau perbuatan
tidak benar, namun kenyataannya saat individu
menemukan bahwa penilaian, tindakan, dan kesimpulannya berbeda dengan banyak
orang, ia cenderung akan mengubah dan mengikuti norma yang dikemukakan oleh
kebanyakan orang (Sarwono, 2011) .
Salah satu faktor yang mempengaruhi konformitas adalah kepercayaan terhadap dirinya sendiri.Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Seperti yang dijelaskan pada Social Comparison Theory oleh Leon Festinger (dalam Calhoun, 1990). Teori ini mendasarkan bahwa seseorang mengevaluasi pendapat atau penilaiannya sendiri dengan membandingkan dengan pendapat atau penilaian orang lain. Ketika tidak ada objektivitas dalam suatu penilaian maka seseorang akan cenderung untuk melakukan pembanding sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul pertanyaan “Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas?”
Dalam Konformitas juga ada pengaruh sosial, pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan (belief), persepsi, ataupun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya
Salah satu faktor yang mempengaruhi konformitas adalah kepercayaan terhadap dirinya sendiri.Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Seperti yang dijelaskan pada Social Comparison Theory oleh Leon Festinger (dalam Calhoun, 1990). Teori ini mendasarkan bahwa seseorang mengevaluasi pendapat atau penilaiannya sendiri dengan membandingkan dengan pendapat atau penilaian orang lain. Ketika tidak ada objektivitas dalam suatu penilaian maka seseorang akan cenderung untuk melakukan pembanding sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul pertanyaan “Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas?”
3. Tujuan
Untuk
mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas
4. Manfaat
Manfaat
Teoritis: Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep
atau teori yang membantu perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya
ilmu psikologi sosial yang terkait dengan konformitas.
Manfaat Praktis :
Manfaat Praktis :
a. Memberikan
sumbangan informasi mengenai pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas.
b. Sebagai
informasi seberapa besar pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas.
5. Kerangka
Berfikir
A. Kepercayaan
Diri
Percaya
diri berarti yakin terhadap kemampuan diri sendiri.Hal ini sejalan dengan
pendapat Angelis (1997) yang mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah perasaan
yakin dan mampu pada diri sendiri.Artinya bahwa percaya diri terbina dari
keyakinan diri sendiri. Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran akan
kemampuan yang dimiliki individu. Mappiare (1995) memperkuat pendapat di atas
dengan mengemukakan bahwa, “Kepercayaan diri dihasilkan oleh keyakinan bahwa
individu mampu untuk menentukan diri, memandang individu untuk bertanggung
jawab terhadap perkembangan hidup.”Artinya bahwa rasa percaya diri berasal dari
dalam diri individu yang memiliki konsep diri yang baik sehingga seorang
individu mampu mengelola kemampuan yang dimilikinya dengan baik dan menimbulkan
rasa tanggung jawab terhadap hidup individu tersebut. Individu yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi akan dapat mengaktualisasikan potensi yang
dimilikinya dengan yakin dan mantap. (Andayani dan Afianti, 1998)
Karakteristik
(Ciri-Ciri) Kepercayaan Diri
Pemahaman
tentang hakekat percaya diuraiakan lebih jelas jika seseorang melihat secara
langsung berbagai peristiwa yang dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Berdasarkan berbagai peristiwa atau pengalaman, bisa dilihat gejala-gejala
tingkah laku seseorang yang menggambarkan adanya rasa percaya diri atau tidak.
Berikut akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai ciri-ciri (karakteristik)
kepercayaan diri atau individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik. Selain
itu sebagai perbandingan juga akan dikemukakan pendapat mengenai ciri-ciri
individu yang kurang memiliki kepercayaan diri.
Berdasarkan
pengamatan mendalam yang dilakukan Hakim (2002) kita akan melihat adanya
ciri-ciri tertentu dari orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
sebagai berikut:
a. Selalu
bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu
b. Mempunyai
potensi dan kemampuan yang memadai
c. Mampu
menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi
d. Mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
e. Memiliki
kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya
f. Memiliki
kecerdasan yang cukup
g. Memiliki
tingkat pendidikan formal yang cukup
h. Memiliki
keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya.
i.
Memiliki kemampuan
bersosialisasi
j.
Memiliki latar belakang
pendidikan keluarga yang baik
k. Memiliki
pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam
menghadapi berbagai cobaan hidup
l.
Selalu bereaksi positif
dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah
dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan ini, adanya masalah hidup yang berat
justru semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang. (Hakim, 2002)
Sedangkan
ciri-ciri rasa percaya diri yang kurang sebagai berikut (Hakim, 2002):
a. Mudah
cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu
b. Memiliki
kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial, atau ekonomi
c. Sulit
menetralisasi timbulnya ketegangan didalam suatu situasi
d. Gugup
dan terkadang bicara gagap
e. Memiliki
latar belakang pendidikan keluarga yang kurang baik
f. Memiliki
perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil.
g. Kurang
memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara
mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu
h. Sering
menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya
i.
Mudah putus asa
j.
Cenderung tergantung
pada orang lain dalam mengatasi masalah
k. Pernah
mengalami trauma
l.
Sering bereaksi negatif
dalam menghadapi masalah, misalnya dengan menghindari tanggung jawab atau
mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa tidak percaya dirinya semakin buruk.
Individu
yang percaya diri dapat diindikasi memiliki perasaan yang adekuat terhadap
tindakan yang dilakukan, memiliki ketenangan sikap, dapat berkomunikasi dengan
baik, kemampuan untuk bersosialisasi, merasa optimis, dapat mengendalikan
perasaannya, percaya akan kompetensi/kemampuan diri, dan memiliki internal
locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha
diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak
tergantung/mengharapkan bantuan orang lain) (Nainggolan, 2011) .
Rotter
(1980) mendifinisikan kepercayaan diri antar pribadi sebagai “ekspektasi umum
yang dipegang oleh individu bahwa kata-kata, janji, pernyataan diucapkan atau
tertulis dari individu atau kelompok lain dapat diandalkan”. Kepercayaan antar
pribadi tidak merujuk pada keyakinan bahwa orang lain pada dasarnya baik atau
bahwa mereka hidup idalam dunia yang terbaik dari semua yang mungkin. Hal
tersebut juga tidak berarti dapat disamakan dengan sifat mudah percaya. Rotter
melihat kepercayaan antar pribadi sebagai keyakinan dalam berkomunikasi dengan
orang lain ketika tidak ada bukti untuk tidak meyakini hal tersebut, sementara
sifat mudah percaya berarti meyakini kata-kata orang lain secara naïf atau
bodoh. (Feist dan Gregory, 2009)
B. Konformitas
Manusia
mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan hidup.Cara yang
termudah adalah melakukan yang sesuai dan diterima secara social. Konformitas
adalah suatu bentuk pengaruh social dimana individu mengubah sikap dan tingkah
lakunya agar sesuai dengan norma social [Baron, Branscombe, Byrne, 2008]. (Sarwono, 2011)
Tekanan
yang ada dalam norma social sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar.
Tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat sehingga usaha untuk
menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai personalnya
[Baron, Branscombe, Byrne, 2008]. (Sarwono, 2011)
Tidak
semua orang melakukan konformitas terhadap norma kelompok. Ada factor-faktor
tertentu yang menentukan sejauh mana individu melakukan konformitas atau justru
menolaknya. Baron, Branscombe, dan Byrne (2008) menjelaskan tiga factor yang
mempengaruhi konformitas, yaitu:
1. Kohesivitas
kelompok,
2. Besar
kelompok, dan
3. Tipe
dari norma social
Individu kadang
memiliki kebutuhan untuk menjadi unik, control terhadap hidupnya.Namun,
kecenderungan untuk melakukan konformitas tidak selalu berarti hanya mengikuti
pada hal-hal yang positif saja. Manusia juga dapat konformitas pada
bentuk-bentuk perilaku negative (Sarwono, 2011)
Selain ketiga factor ditas masih ada factor-faktor
lain yang mempengaruhi konformitas, yaitu:
1. Alasan
pribadi
2. Kesenangan
3. Keterpaksaan
dengan alasan
4. Ketidaksetujuan
5. Kesetiakawanan
(Sarlito, 2009:
112)
Sarwono
menjelaskan konformitas merupakan bentuk perilaku sama dengan orang lain, yang
didorong dengan keingan diri sendiri. Konformitas dapat dilihat dari perubahan
perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok. Dasar utama dari konformitas
adalah ketika inidvidu melakukan aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat
untuk melakukansesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan
tersebutmerupakan cara-cara yang meyimpan (Siswati dan Masykur, 2011). Brown(2006) menyebutkan bahwa konformitas
adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah
laku mereka agar sesuai dengannorma sosial yang ada (Astyka, 2013)
Baron
dan Byrne (2003) berpendapat bahwa seseorang conform terhadap kelompok terjadi
jika perilaku individu didasarkan pada harapan
kelompok atau
masyarakat. Konformitas (conformity) adalah tendesi untukmengubah keyakinan
atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilakuorang lain (Cialdini dan
Goldstein, 2004) (Astyka,
2013)
Sedangkan menurut JP. Chaplin (2011) adalah kecenderungan untuk
memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat
yang sudah berlaku. Ciri-ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan
sikap dan pendapat orang lain untuk menguasainya.
Pengaruh
Kepercayaan Diri terhadap Konformitas
Percaya diri berarti yakin terhadap
kemampuan diri sendiri.Hal ini sejalan dengan pendapat Angelis (1997) yang
mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah perasaan yakin dan mampu pada diri
sendiri.Artinya bahwa percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri.
Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran akan kemampuan yang dimiliki individu
(Andayani dan Afiatin, 1996).
Baron
dan Byrne (2003) berpendapat bahwa seseorang conform terhadap kelompok terjadi
jika perilaku individu didasarkan pada harapan
kelompok atau
masyarakat. Konformitas (conformity) adalah tendesi untuk mengubah keyakinan
atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain (Cialdini dan
Goldstein, 2004) (Astyka, 2013: 245).
Tekanan yang ada dalam norma social
sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar. Tekanan-tekanan untuk melakukan
konformitas sangat kuat sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan
dapat menenggelamkan nilai-nilai personalnya [Baron, Branscombe, Byrne, 2008]. (Sarwono, 2011)
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri mampu mempengaruhi konformitas. Seseorang yang mempunyai
kepercayaan diri (yakin akan kemampuan yang dimiliki) memeiliki tingkat
konformitas yang rendah. Begitu sebaliknya, seseorang dengan kepercayaan diri
yang rendah, maka tingkat konformitasnya tinggi.
6. Hipotesis
Ada
Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Konformitas
7. Variabel
Penelitian
Variabel
Bebas : Kepercayaan Diri
Variabel
Tergantung : Konformitas
8. Definisi
operasional
Variable
bebas dalam penelitian ini adalah Kepercayaa diri.Eksperimen ini menggunakan
alat ukur berupa pertanyaan hitungan dan kelompok kontrol.Kepercayaan diri
dapat diketahui apa bila subjek penelitian menjawab pertanyaan tanpa mengikuti
4 subjek kontrol yang terdapat dalam kelompok.
Variable
tergantung dalam penelitian ini adalah konformitas. Subyek diminta untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan, pertanyaan pertama subyek diminta untuk
menjawab pada urutan kedua atau pertama, setelah itu pada pertanyaan kedua
subyek diminta menjawab pada urutan empat atau terakhir, dari jawaban subyek
tersebut dapat dilihat apakah subyek mengikuti jawaban dari subyek control atau
tetap percaya pada jawabannya sendiri.
9. Subjek
penelitian
Subyek
penelitian yang digunakan dalam eksperimen ini adalah perempuan yang berusia
kurang lebih 19-22 tahun.Dengan latarbelakang subyek tersebut sedang menempuh
kuliah.Pemilihan subjek dipilih secara random.Pemilihan usia tersebut di
dasarkan pada teori perkembangan yaitu masa dewasa awal (dini) dimulai pada
usia 18-40 tahun. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan social baru. (Hurlock, 2002)
10. Alat
ukur
Adapun
alat ukur yang diberikan berupa pertanyaan hitungan dan kelompok control.yang
dibuat berdasarkan pemikiran bahwa subjek usia 19-22 tahun, memiliki kriteria
yang sama yaitu mampu menjawab pertanyaan hitungan. Dan mampu menyesuaikan diri
dalam kelompok.
1. Aku
punya uang 2000, ditambah ayah 2000,
terus ditambah ibu 4000 terus ditambah adek 5000. Terus aku buat jajan
2000. Berapa sisa uangku?
2. Aku
punya uang 3000, ditambah ayah 1000,
terus ditambah ibu 6000 terus ditambah adek 9000. Terus diminta kakak
6000,. Berapa sisa uangku? (Penilaian pada alat ukur tersebut dengan cara
pemberian point 0 pada subjek yang menjawab dengan jawabannya sendiri tanpa
terpengaruh dengan jawaan dari subjek control lainnya. Dan pemberian point 1
pada subjek yang menjawab dengan jawaban yang sama dengan subjek control
lainnya.)
11. Perlakuan
Perlakuan
didalam penelitian ini adalah pemberian pertanyaan dan penempatan subjek
penelitian dalam kelompok kontrol. Peneliti menggunakan subjek control sejumlah
3 hingga 4 subjek control pada setiap kelompok dan menempatkan 1 subjek
penelitian dalam kelompok control tersebut. Kemudian praktikan memberikan
pertanyaan. Pada pertanyaan pertama subjek penelitian diminta untuk menjawab
pertama atau pada urutan kedua dilanjutkan jawaban oleh ksubjek control
lainnya. Kemudian pada pertanyaan kedua
subjek penelitian diminta untuk menjawab pada urutan ke 4 atau terakhir setelah
mendengar jawaban subjek control lainnya.
12. Rancangan
atau Desain Eksperimen
Penelitian
eksperimen ini menggunakan model pre-test and post test design. Hal ini
disebabkan praktikan menggunakan 2 kali pengukuran pada setiap subjeknya.
Desain eksperimen pre-post test adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y1
= Hasil pengukuran dari konformitas (pertanyaan pertama)
X = Perlakuan berupa pertanyaan dan penempatan
subjek dalam kelompok control
Y2
= Hasil pengukuran dari konformitas (pertanyaan kedua)
Alasan penggunaan design ini adalah
penelitianan ini menggunakan dua kali pengukuran. Penggunaan
design ini diharapkan mampu mengungkap pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas
dalam sebuah kelompok.
13. Prosedur
penelitian
Praktikum
eksperimen ini dimulai pada jam ± 13.00 WIB – 21.00 WIB. Tempat yang digunakan
yaitu kos putri Sakinah, Andhita, dan Al Zaitun. Pada eksperimen pertama di
lakukan di kos Andita yaitu pada pukul + 13.00 subjek penelitian dipilih
secara random. Subjek
penelitian diminta untuk membantu praktikan
untuk menjawab pertanyaan bersama 4-5 subjek control lainnya. Pada praktikum
ini keseluruhan subjek eksperimen tidak mengetahui jika 4-5 orang yang ditanyai
merupakan subjek control yang telah diminta untuk menjawab sesuai dengan
permintaan eksperimenter. Pertanyaan pertama subjek eksperimen maupun subjek
control diminta untuk menjawab sesuai dengan jawaban masing-masing dan kemudian
moderator menunjuk siapa yang akan menjawab terlebih dahulu yaitu subjek
eksperimen diminta untuk menjawab yang pertama atau pun yang kedua. Pada
pertanyaan kedua subjek yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan yang
pertamakali adalah subjek control dan pada subjek eksperimen diminta untuk menjawab pada urutan ke 4 atau
yang terakhir. Hal yang serupa dilakukan pada penelitian yang dilakukan baik di
kos sakinah maupu di kos Al-zaitun. Perbedaan penelitian yang di lakukan di kos
Andita, Sakinah dan
Al-zaitun terletak pada waktu penelitian
dan ruang penelitian yaitu di kos Andita dilakukan pada siang hari pada
puku +13.00 dan dilakukan diruang tengah atau ruang TV. Di kos Sakinah penelitian
dilakukan pada pukul +19.00 dan terletak di kamar kos eksperimenter.
Sedangkan dikos Al-zaitun penelitian dilakukan pada pukul + 20.00 dan
dilakukan di ruang tamu kos.
§ Job
Disc
1. Kos
Sakinah
·
Moderator/Instruktur
(pemberi pertanyaan) : Mirza Ainin A.
·
Subyek Kontrol
a. Melinda
Serra Y
b. Rima
Imanda T
c. Intan
Tri M
d. Indah
Ma’rifatun H
2. Kos
Andhita
·
Moderator/Instruktur
(pemberi pertanyaan) : Intan Tri M.
·
Subyek Kontrol
a. Melinda
Serra Y
b. Rima
Imanda T
c. Mirza
Ainin A
d. Indah
Ma’rifatun H
3. Kos
Al Zaitun
·
Moderator/Instruktur
(pemberi pertanyaan) : Indah Ma’rifatun
·
Subyek Kontrol
a. Melinda
Serra Y
b. Rima
Imanda T
c. Mirza
Ainin A
d. Intan
Tri M
§ Guide
1. Guide
Observasi
a. Setting
dan situasi
b. Penampilan
fisik
c. Perilaku
yang muncul saat perlakuan
2. Guide
Interview
a. Nama
subyek
b. Tempat
tanggal lahir
c. Tahu
tidak kalau perlakuan (permintaan untuk menjawab soal) hanya settingan
d. Bagaimana
perasaanmu ketika mengetahaui pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan
mengenai hitungan
e. Bagaimana
perasaanmu ketika menjawab pertanyaan nomor 1
f. Bagaimana
perasaanmu ketika menjawab pertanyaan nomor 2
g. Bagaimana
kesanmu setelah menjawab kedua pertanyaan
14. Hasil
penelitian
Hasil
penelitian ini berupa data, yang diperoleh dari pengukuran dan didukung dengan
hasil observasi, interview, dan dokumentasi yang disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut:
No
|
Subjek
|
Pre
|
Post
|
1
|
N
|
0
|
0
|
2
|
KS
|
0
|
1
|
3
|
H
|
0
|
0
|
4
|
O
|
0
|
1
|
5
|
KH
|
0
|
0
|
6
|
N
|
0
|
1
|
7
|
F
|
0
|
1
|
8
|
L
|
0
|
0
|
9
|
I
|
0
|
0
|
10
|
A
|
0
|
0
|
11
|
F
|
0
|
1
|
12
|
I
|
0
|
1
|
Hasil
Observasi Perilaku Subjek:
Perlakuan dari praktikum ini adalah
pemberian pertanyaan yang berupa hitungan, subjek dan praktikan yang berperan
sebagai subjek kontrol diminta menjawab setelah diberi kesempatan dengan
ditunjuk oleh pemberi pertanyaan. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pada
sesi pertanyaan pertama, saat orang lain ditunjuk untuk menjawab, subjek akan
melihat atau diam memperhatikan orang tersebut untuk mengetahui
jawabannya. Contohnya pada subjek
pertama, subjek melihat kearah orang didepan dan disampingnya ketika orang
tersebut menjawab pertanyaan. Demikian pula pada subjek ketujuh, ia melihat
kearah orang lain satu persatu. Kemudian ketika pertanyaan kedua, yaitu sesi
dimana subjek kontrol harus meragamkan jawaban dan menjawab dengan jawaban yang
salah, subjek-subjek praktikum kebanyakan tertawa mendengar jawabannya berbeda
dari jawaban orang lain dan beberapa mulai menghitung ulang. Pada subjek
pertama, subjek menjawab benar yaitu tiga belas, namun ketika subjek kontrol
semua memberikan jawaban dua belas, ia berkata,”Beneran kan? Apa aku salah
hitung apa gimana ya?”.Walaupun begitu subjek tidak mengubah jawabannya ketika
ditanya apakah yakin dengan jawabannya atau tidak. Sedangkan subjek kedua,
selama subjek kontrol bergiliran memberikan jawaban, subjek nampak tertawa dan
ketika subjek diminta menjawab subjek menjawab dua belas, sama dengan jawaban
subjek kontrol. Lalu subjek ketiga, ketika instruktur mulai menanyai jawaban,
subjek nampak menggaruk-garuk lengan kanannya sambil kepalanya menoleh ke
subjek kontrol yang sedang ditanyai dan ketika subjek diberi kesempatan
menjawab, subjek menjawab,”tiga belas”.Subjek kontrol disebelahnya
menjawab,”dua belas”, subjek tertawa.Saat ditanya yakin atau tidak dengan
jawabannya, subjek mengangguk sambil berkata,”yakin”.Untuk subjek keempat, saat
instruktur meminta jawaban dari subjek kontrol, subjek nampak menunduk lalu
memandang kearah instruktur.Saat diberi kesempatan menjawab, subjek
menjawab,”dua belas”.Pada subjek kelima, subjek tidak menunjukkan perubahan
ekspresi maupun perilaku.Subjek menjawab dengan benar yaitu tiga belas dan
ketika ditanya apakah yakin dengan jawabannya atau tidak, subjek menjawab
yakin. Kemudian subjek keenam, ia ditanya pada urutan keempat. Saat instrukstur
menanyakan jawabannya pada subjek kontrol lainnya, subjek tetap menghitung
menggunakan jari-jarinya dan ketika ditanya jawabannya, subjek melihat kearah
instrukstur sambil berkata “dua belas”.Saat ditanya yakin tidak dengan
jawabannya, subjek menjawab “yakin”.Kemudian subjek ketujuh, saat ditunjuk untuk
menjawab yaitu pada urutan terakhir setelah subjek kontrol, subjek
menjawab,”dua belas”.Saat ditanya apakah sudah yakin dengan jawabannya, subjek
tertawa, mengangguk sambil berkata, “enggak juga”.Subjek ke-delapan menjawab
“tiga belas”, dan saat ditanya yakin atau tidak dengan jawabannya, subjek
tertawa dan mengangguk.Subjek kesembilan nampak mengeryitkan dahi saat
mendengar jawaban dari subjek kontrol.Saat ditanya jawabannya, subjek
berkata,”sembilan belas, dikurangi berapa tadi? Sepuluh ditambah sembilan,
diminta kakak, ya kan? Diminta kakak berapa tadi?Tujuh atau enam? Berapa ya?”,
sambil tertawa. Kemudian ia menjawab “tiga belas”. Untuk subjek kesepuluh,
subjek melihat kesubjek kontrol ketika subjek kontrol diminta menjawab, subjek
kemudian menjawab “tiga belas”.Subjek kesebelas juga menjawab benar, yaitu
“tiga belas”, subjek tidak terpengaruh subjek kontrol. Sedangkan subjek ke-dua
belas, saat dibacakan soal pandangan subjek kedepan dan subjek menggerakkan
kakinya, subjek kemudian menjawab “dua belas” sama seperti jawaban subjek
kontrol.
Hasil
Observasi setting dan situasi :
Praktikum eksperimen dilaksanakan dengan metode
kuasi eksperimen di tiga tempat yaitu di ruang televisi kost andita, ruang
kamar kost Sakinah dan ruang tamu kost Al Zaitun.Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 18 Desember 2013.Tempat pelaksanaan eksperimen yang
pertama adalah di ruang televisi yang terletak dilantai 2 Kost Andita.Ruang ini
sebenarnya hanyalah ruang yang memisahkan jejeran kamar disebelah utara dan selatan.Bagian
barat ruangan adalah tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2. Tembok ruang tersebut
dilapisi keramik berwarna coklat dibagian bawah dan bagian atas yang berupa
dinding semen dilapisi cat warna krem.Subjek dan praktikan duduk beralaskan
tikar.Televisi berada diatas, ditempatkan dirangka besi yang menempel
didinding.Sedangkan kamera yang dipakai merekam diletakkan di meja bawah
televisi.Karena ruangan berada diruang terbuka, jadi udara tidak pengap dan
penerangannya cukup.Kemudian praktikum selanjutnya berpindah ke Kost Sakinah,
yaitu disalah satu kamar praktikan. Kamar berukuran +3m x 3m, dengan cat
dinding berwarna krem dan lantai keramik berwarna putih. Didalam ruangan
tersebut terdapat 1 buah almari, 1 buah rak buku, 1 buah tempat tidur, 1 buah
meja belajar, dan 1 buah kursi belajar.
Diatas almari terdapat kardus berisi buku, tumpukan tas, dan 1 buah helm
berwarna putih. Di sebelah almari terdapat rak buku yang berisi buku-buku,
sedangkan diatas rak tersebut terdapat kotak tissue, +2 buah gelas, +4 buah
toples, dan 1 senter. Sedangkan diatas meja terdapat tumpukan buku, +2 buah
laptop, 1 buah kipas angin, 1 buah kamera untuk merekam jalannya praktikum dan
+6 buah handphone milik praktikan. Tempat tidur yang digunakan sebagai tempat
duduk subjek dan praktikan diberi alas sprai warna coklat dan krem, diatas
tempat tidur terdapat +2 bantal, 1 guling, 1 boneka ulat, 1 boneka jerapah, dan
1 selimut. Didinding kamar terdapat kaca, wall sticker, 2 buah sterofoam untuk
menempel foto-foto, dan gantungan jilbab.Meskipun praktikum dilaksanakan
didalam kamar, udara tetap sejuk karena kipas angin dalam kondisi
menyala.Penerangan cukup karena lampu kamar yang menyala.Tempat praktikum yang
terakhir adalah ruang tamu Kost Al Zaitun.Ruangan tersebut berukuran + 3m x
3m.Diruang tersebut terdapat 4 kursi yang terbuat dari kayu dan busa berwarna
hijau, 2 meja kayu dan kaca. Ruangan terang karena diterangi oleh lampu neon
dan udara sejuk karena pintu yang menghubungkan ruang tamu dan taman dalam
keadaan terbuka.
Hasil
Interview :
Dari hasil interview yang dilakukan setelah tes
selesai, diketahui bahwa hampir semua subjek tidak menyadari kalau ini
settingan dari praktikan.Hanya dua orang yang mengaku menyadari kalau
settingan, yaitu subjek keenam dan ketujuh. Kemudian ketika ditanya bagaimana
perasaan saat menjawab soal pertama, mayoritas subjek menjawab biasa saja
dengan alasan yang sama yaitu karena jawaban subjek sama dengan subjek lain.
sedangkan ketika ditanya bagaimana perasaan saat menjawab soal kedua, mayoritas
subjek menjawab bingung dengan alasan yang sama yaitu karena jawaban dari subjek
lain berbeda dengan jawabannya. Subjek kedua dan subjek keenam mengaku ragu
dengan jawabannya sendiri karena itu ia ikut-ikutan jawaban yang lain.
15. Analisis Data
15. Analisis Data
Setelah hasil pengukuran, observasi,
interview dan hasil dari pengamatan dokumentasi dikomparasikan dan
diolah dalam
aplikasi SPSS dengan menggunakan rumus 2 related maka menunjukan hasil sebagai
berikut:
Hasil
analisis data menunjukan bahwa signifikansi 0,014 yang menunjukan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri
terhadap konformitas dalam kelompok.
16. Pembahasan
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap
konformitas.Kepercayaan diri berkorelasi negative terhadap konformitas
kelompok, artinya semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah tingkat
konformitasnya.
Mappiare (1995) mengemukakan bahwa,
“Kepercayaan diri dihasilkan oleh keyakinan bahwa individu mampu untuk
menentukan diri, memandang individu untuk bertanggung jawab terhadap
perkembangan hidup.”Artinya bahwa rasa percaya diri berasal dari dalam diri
individu yang memiliki konsep. Hal tersebut terbukti dari hasil observasi,
beberapa subjek yang ditanya apakah yakin dengan jawabannya sendiri atau tidak
subjek merasa kurang yakin apakah jawabannya benar atau tidak karena berbeda
dengan yang lain.
Menurut Baron, 2008 Konformitas
adalah suatu bentuk pengaruh social dimana individu mengubah sikap dan tingkah
lakunya agar sesuai dengan norma social. Hal tersebut sesuai dengan hasil interview
ketika ditanya bagaimana perasaan saat menjawab soal kedua, mayoritas subjek
menjawab bingung dengan alasan yang sama yaitu karena jawaban dari subjek lain berbeda dengan jawabannya. Subjek kedua dan subjek
keenam mengaku ragu dengan jawabannya sendiri karena itu mereka ikut-ikutan
jawaban yang lain. Subjek terpengaruh
pada kelompok.
Sedangkan dari analisis data yang
didapatkan bahwa signifikansinya 0,014 yang menunjukan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri
terhadap konformitas dalam kelompok.
Dari hasil observasi, interview dan
analasis data SPSS, dapat disimpulkan bahwa subyek memilih conform dengan
anggota kelompok lainnya karena mereka kurang percaya diri. Seperti yang
diungkapkan oleh Baron dan Byrne (2003),
bahwa seseorang conform terhadap kelompok terjadi jika perilaku individu
didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat. Konformitas (conformity)
adalah tendesi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai
dengan perilaku orang lain (Cialdini dan Goldstein, 2004).
17. Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
:
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri
dengan konformitas analisis data yang didapatkan bahwa signifikansinya 0,014
yang menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil
signifikansi karena subjek mengaku ragu jawabannya sendiri lalu ia ikut-ikutan
jawaban yang lain.
Saran
:
Bagi subjek, saran yang dapat
diberikan adalah agar mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, sehingga pada
saat menghadapi masalah ataupun saat menghadapi mengalami situasi-situasi yang
tak terduga subjek tidak terpengaruh dengan orang lain atau kelompok.
Bagi peneliti, sebaiknya
memperhitungkan mengenai tingkat kesulitan soal yang disajikan.Agar subjek
lebih mudah terpengaruh dengan kelompok.Dan peneliti sebaiknya memperhitungkan
mengenai jumlah subjek dalam kelompok control.Agar subjek penelitian lebih
mudah terpengaruh dengan kelompok.
Daftar Pustaka
Chaplin, J. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Hakim Thursan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta:
Puspa Swara.
Hurlock, E. B.
(2002). Psikologi Perkembangan . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jess Feist, G. J.
(2009). Teori Kepribadian. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Nainggolan, T. (2011). Hubungan antara Kepercayaan Diri
dengan Kecemasan Sosial pada Pengguna Napza. Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02
, 161-174.
Putri, K. R. (2013). Hubungan Antara Identitas Sosial Dan
Konformitas Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter Sepakbola PERSISAM Putra
Samarinda. eJournal Psikologi , 241-253.
Sarwono, S. W.
(2011). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Tina Afianti, B. A. (1998). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Penganggur Melalui
Kelompok Dukungan Sosial. Jurnal
Psikologi , 2, 35-46.