RSS

Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Konformitas (psikologi Eksperimen)

ini nih perjuangan penelitian eksperimen.... akhirnya berakhir juga matakuliah ini. FIGHTING!!!! untuk semester berikutnya :D


1.      Judul : Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Konformitas
2.      Latar Belakang Masalah
Manusia cenderung mengikuti aturan-aturan yang ada dalam lingkungannya. Hal tersebut dicontohkan pada saat kita hendak mengambil uang di ATM atau menaruh uang di bank, kita menunggu giliran dengan mengantri, begitupun ketika ibu-ibu hendak pergi ke pengajian, mereka akan mengenakan kerudung atau jilbab yang kurang lebih serasi dengan pakainnya. Sama halnya ketika kita sedang berada di lampu merah, kita mungkin sering menyaksikan fenomena seperti ini; satu atau dua pengendara menerobos lampu merah ketika dalam keadaan aman, kemudian diikuti oleh pengendara lain yang ada dibelakangnya. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa adanya fenomena konformitas.Konformitas adalah perubahan keyakinan atau tingkah laku seseorang agar sesuai dengan lingkungan atau kelompok (Callhoun, 1990).Dalam konformitas seorang anggota dalam sebuah kelompok atau lingkungan mengikuti pola pikir atau tindakan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Menurut Willis (dalam Sarwono, 2011) , konformitas adalah usaha terus menerus dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang norma-norma kelompok (standar sosial) berubah, maka ia akan mengubah pula tingkah lakunya. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron, Branscombe, Byrne, 2008 dalam Sarwono 2011). 
Dalam Konformitas juga ada pengaruh sosial, pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan (belief), persepsi, ataupun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya (Sarwono, 2011). Menurut Sears dkk (1994) ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konformitas yaitu: pengaruh informasi, kepercayaan terhadap kelompok, kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri, dan rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan. Ditemukan lima faktor yang dapat mempengaruhi konformitas, yaitu faktor pertama adalah alasan pribadi yang meliputi melupakan sejenak masalah personal dan membangun perasaan lebih percaya diri. Faktor kedua adalah kesenangan, faktor ketiga adalah keterpaksaan, faktor keempat adalah ketidaksetujuan, dan faktor kelima adalah kesetiakawanan (Sarwono, 2011). Harapannya untuk setiap individu agar tidak mengikuti pendapat orang lain kalau sudah jelas itu salah atau perbuatan tidak benar, namun kenyataannya saat individu menemukan bahwa penilaian, tindakan, dan kesimpulannya berbeda dengan banyak orang, ia cenderung akan mengubah dan mengikuti norma yang dikemukakan oleh kebanyakan orang (Sarwono, 2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi konformitas adalah kepercayaan terhadap dirinya sendiri.Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. 
Seperti yang dijelaskan pada Social Comparison Theory oleh Leon Festinger (dalam Calhoun, 1990). Teori ini mendasarkan bahwa seseorang mengevaluasi pendapat atau penilaiannya sendiri dengan membandingkan dengan pendapat atau penilaian orang lain. Ketika tidak ada objektivitas dalam suatu penilaian maka seseorang akan cenderung untuk melakukan pembanding sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul pertanyaan “Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas?”

3.      Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas
4.      Manfaat
Manfaat Teoritis: Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang membantu perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya ilmu psikologi sosial yang terkait dengan konformitas. 
Manfaat Praktis :
a.       Memberikan sumbangan informasi mengenai pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas.
b.      Sebagai informasi seberapa besar pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas.

5.      Kerangka Berfikir
A.    Kepercayaan Diri
Percaya diri berarti yakin terhadap kemampuan diri sendiri.Hal ini sejalan dengan pendapat Angelis (1997) yang mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah perasaan yakin dan mampu pada diri sendiri.Artinya bahwa percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri. Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran akan kemampuan yang dimiliki individu. Mappiare (1995) memperkuat pendapat di atas dengan mengemukakan bahwa, “Kepercayaan diri dihasilkan oleh keyakinan bahwa individu mampu untuk menentukan diri, memandang individu untuk bertanggung jawab terhadap perkembangan hidup.”Artinya bahwa rasa percaya diri berasal dari dalam diri individu yang memiliki konsep diri yang baik sehingga seorang individu mampu mengelola kemampuan yang dimilikinya dengan baik dan menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap hidup individu tersebut. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dengan yakin dan mantap. (Andayani dan Afianti, 1998)

Karakteristik (Ciri-Ciri) Kepercayaan Diri
Pemahaman tentang hakekat percaya diuraiakan lebih jelas jika seseorang melihat secara langsung berbagai peristiwa yang dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain. Berdasarkan berbagai peristiwa atau pengalaman, bisa dilihat gejala-gejala tingkah laku seseorang yang menggambarkan adanya rasa percaya diri atau tidak. Berikut akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai ciri-ciri (karakteristik) kepercayaan diri atau individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik. Selain itu sebagai perbandingan juga akan dikemukakan pendapat mengenai ciri-ciri individu yang kurang memiliki kepercayaan diri.
Berdasarkan pengamatan mendalam yang dilakukan Hakim (2002) kita akan melihat adanya ciri-ciri tertentu dari orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi sebagai berikut:
a.       Selalu bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu
b.      Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c.       Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi
d.      Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
e.       Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya
f.       Memiliki kecerdasan yang cukup
g.      Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
h.      Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya.
i.        Memiliki kemampuan bersosialisasi
j.        Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik
k.      Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup
l.        Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan ini, adanya masalah hidup yang berat justru semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang. (Hakim, 2002)

Sedangkan ciri-ciri rasa percaya diri yang kurang sebagai berikut (Hakim, 2002):
a.       Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu
b.      Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial, atau ekonomi
c.       Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan didalam suatu situasi
d.      Gugup dan terkadang bicara gagap
e.       Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang kurang baik
f.       Memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil.
g.      Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu
h.      Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya
i.        Mudah putus asa
j.        Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah
k.      Pernah mengalami trauma
l.        Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa tidak percaya dirinya semakin buruk.

Individu yang percaya diri dapat diindikasi memiliki perasaan yang adekuat terhadap tindakan yang dilakukan, memiliki ketenangan sikap, dapat berkomunikasi dengan baik, kemampuan untuk bersosialisasi, merasa optimis, dapat mengendalikan perasaannya, percaya akan kompetensi/kemampuan diri, dan memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain) (Nainggolan, 2011).
Rotter (1980) mendifinisikan kepercayaan diri antar pribadi sebagai “ekspektasi umum yang dipegang oleh individu bahwa kata-kata, janji, pernyataan diucapkan atau tertulis dari individu atau kelompok lain dapat diandalkan”. Kepercayaan antar pribadi tidak merujuk pada keyakinan bahwa orang lain pada dasarnya baik atau bahwa mereka hidup idalam dunia yang terbaik dari semua yang mungkin. Hal tersebut juga tidak berarti dapat disamakan dengan sifat mudah percaya. Rotter melihat kepercayaan antar pribadi sebagai keyakinan dalam berkomunikasi dengan orang lain ketika tidak ada bukti untuk tidak meyakini hal tersebut, sementara sifat mudah percaya berarti meyakini kata-kata orang lain secara naïf atau bodoh.   (Feist dan Gregory, 2009)

B.     Konformitas
Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan hidup.Cara yang termudah adalah melakukan yang sesuai dan diterima secara social. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh social dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma social [Baron, Branscombe, Byrne, 2008]. (Sarwono, 2011)
Tekanan yang ada dalam norma social sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar. Tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai personalnya [Baron, Branscombe, Byrne, 2008]. (Sarwono, 2011)
Tidak semua orang melakukan konformitas terhadap norma kelompok. Ada factor-faktor tertentu yang menentukan sejauh mana individu melakukan konformitas atau justru menolaknya. Baron, Branscombe, dan Byrne (2008) menjelaskan tiga factor yang mempengaruhi konformitas, yaitu:
1.      Kohesivitas kelompok,
2.      Besar kelompok, dan
3.      Tipe dari norma social
Individu kadang memiliki kebutuhan untuk menjadi unik, control terhadap hidupnya.Namun, kecenderungan untuk melakukan konformitas tidak selalu berarti hanya mengikuti pada hal-hal yang positif saja. Manusia juga dapat konformitas pada bentuk-bentuk perilaku negative (Sarwono, 2011)
      Selain ketiga factor ditas masih ada factor-faktor lain yang mempengaruhi konformitas, yaitu:
1.      Alasan pribadi
2.      Kesenangan
3.      Keterpaksaan dengan alasan
4.      Ketidaksetujuan
5.      Kesetiakawanan
(Sarlito, 2009: 112)
Sarwono menjelaskan konformitas merupakan bentuk perilaku sama dengan orang lain, yang didorong dengan keingan diri sendiri. Konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok. Dasar utama dari konformitas adalah ketika inidvidu melakukan aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk melakukansesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan tersebutmerupakan cara-cara yang meyimpan (Siswati dan Masykur, 2011).  Brown(2006) menyebutkan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengannorma sosial yang ada (Astyka, 2013)
Baron dan Byrne (2003) berpendapat bahwa seseorang conform terhadap kelompok terjadi jika perilaku individu didasarkan pada harapan
kelompok atau masyarakat. Konformitas (conformity) adalah tendesi untukmengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilakuorang lain (Cialdini dan Goldstein, 2004) (Astyka, 2013)
      Sedangkan menurut JP. Chaplin (2011) adalah kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Ciri-ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasainya.

Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Konformitas
      Percaya diri berarti yakin terhadap kemampuan diri sendiri.Hal ini sejalan dengan pendapat Angelis (1997) yang mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah perasaan yakin dan mampu pada diri sendiri.Artinya bahwa percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri. Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran akan kemampuan yang dimiliki individu (Andayani dan Afiatin, 1996).
Baron dan Byrne (2003) berpendapat bahwa seseorang conform terhadap kelompok terjadi jika perilaku individu didasarkan pada harapan
kelompok atau masyarakat. Konformitas (conformity) adalah tendesi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain (Cialdini dan Goldstein, 2004) (Astyka, 2013: 245).
      Tekanan yang ada dalam norma social sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar. Tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai personalnya [Baron, Branscombe, Byrne, 2008]. (Sarwono, 2011)

      Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri mampu mempengaruhi konformitas. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri (yakin akan kemampuan yang dimiliki) memeiliki tingkat konformitas yang rendah. Begitu sebaliknya, seseorang dengan kepercayaan diri yang rendah, maka tingkat konformitasnya tinggi.

6.      Hipotesis
Ada Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Konformitas

7.      Variabel Penelitian
Variabel Bebas            : Kepercayaan Diri
Variabel Tergantung   : Konformitas

8.      Definisi operasional
Variable bebas dalam penelitian ini adalah Kepercayaa diri.Eksperimen ini menggunakan alat ukur berupa pertanyaan hitungan dan kelompok kontrol.Kepercayaan diri dapat diketahui apa bila subjek penelitian menjawab pertanyaan tanpa mengikuti 4 subjek kontrol yang terdapat dalam kelompok.
Variable tergantung dalam penelitian ini adalah konformitas. Subyek diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, pertanyaan pertama subyek diminta untuk menjawab pada urutan kedua atau pertama, setelah itu pada pertanyaan kedua subyek diminta menjawab pada urutan empat atau terakhir, dari jawaban subyek tersebut dapat dilihat apakah subyek mengikuti jawaban dari subyek control atau tetap percaya pada jawabannya sendiri.

9.      Subjek penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam eksperimen ini adalah perempuan yang berusia kurang lebih 19-22 tahun.Dengan latarbelakang subyek tersebut sedang menempuh kuliah.Pemilihan subjek dipilih secara random.Pemilihan usia tersebut di dasarkan pada teori perkembangan yaitu masa dewasa awal (dini) dimulai pada usia 18-40 tahun. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan social baru. (Hurlock, 2002)

10.  Alat ukur
Adapun alat ukur yang diberikan berupa pertanyaan hitungan dan kelompok control.yang dibuat berdasarkan pemikiran bahwa subjek usia 19-22 tahun, memiliki kriteria yang sama yaitu mampu menjawab pertanyaan hitungan. Dan mampu menyesuaikan diri dalam kelompok.
1.      Aku punya uang 2000, ditambah ayah 2000,  terus ditambah ibu 4000 terus ditambah adek 5000. Terus aku buat jajan 2000. Berapa sisa uangku?
2.      Aku punya uang 3000, ditambah ayah 1000,  terus ditambah ibu 6000 terus ditambah adek 9000. Terus diminta kakak 6000,. Berapa sisa uangku? (Penilaian pada alat ukur tersebut dengan cara pemberian point 0 pada subjek yang menjawab dengan jawabannya sendiri tanpa terpengaruh dengan jawaan dari subjek control lainnya. Dan pemberian point 1 pada subjek yang menjawab dengan jawaban yang sama dengan subjek control lainnya.)
11.  Perlakuan
Perlakuan didalam penelitian ini adalah pemberian pertanyaan dan penempatan subjek penelitian dalam kelompok kontrol. Peneliti menggunakan subjek control sejumlah 3 hingga 4 subjek control pada setiap kelompok dan menempatkan 1 subjek penelitian dalam kelompok control tersebut. Kemudian praktikan memberikan pertanyaan. Pada pertanyaan pertama subjek penelitian diminta untuk menjawab pertama atau pada urutan kedua dilanjutkan jawaban oleh ksubjek control lainnya. Kemudian  pada pertanyaan kedua subjek penelitian diminta untuk menjawab pada urutan ke 4 atau terakhir setelah mendengar jawaban subjek control lainnya.

12.  Rancangan atau Desain Eksperimen
Penelitian eksperimen ini menggunakan model pre-test and post test design. Hal ini disebabkan praktikan menggunakan 2 kali pengukuran pada setiap subjeknya. Desain eksperimen pre-post test adalah sebagai berikut:


Keterangan:
Y1 = Hasil pengukuran dari konformitas (pertanyaan pertama)
X  = Perlakuan berupa pertanyaan dan penempatan subjek dalam kelompok control
Y2 = Hasil pengukuran dari konformitas (pertanyaan kedua)

Alasan penggunaan design ini adalah penelitianan ini menggunakan dua kali pengukuran. Penggunaan design ini diharapkan mampu mengungkap pengaruh kepercayaan diri terhadap konformitas dalam sebuah kelompok.

13.  Prosedur penelitian
Praktikum eksperimen ini dimulai pada jam ± 13.00 WIB – 21.00 WIB. Tempat yang digunakan yaitu kos putri Sakinah, Andhita, dan Al Zaitun. Pada eksperimen pertama di lakukan di kos Andita yaitu pada pukul + 13.00 subjek penelitian dipilih secara random. Subjek penelitian diminta untuk membantu praktikan untuk menjawab pertanyaan bersama 4-5 subjek control lainnya. Pada praktikum ini keseluruhan subjek eksperimen tidak mengetahui jika 4-5 orang yang ditanyai merupakan subjek control yang telah diminta untuk menjawab sesuai dengan permintaan eksperimenter. Pertanyaan pertama subjek eksperimen maupun subjek control diminta untuk menjawab sesuai dengan jawaban masing-masing dan kemudian moderator menunjuk siapa yang akan menjawab terlebih dahulu yaitu subjek eksperimen diminta untuk menjawab yang pertama atau pun yang kedua. Pada pertanyaan kedua subjek yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan yang pertamakali adalah subjek control dan pada subjek eksperimen  diminta untuk menjawab pada urutan ke 4 atau yang terakhir. Hal yang serupa dilakukan pada penelitian yang dilakukan baik di kos sakinah maupu di kos Al-zaitun. Perbedaan penelitian yang di lakukan di kos Andita, Sakinah dan Al-zaitun terletak pada waktu penelitian  dan ruang penelitian yaitu di kos Andita dilakukan pada siang hari pada puku +13.00 dan dilakukan diruang tengah atau ruang TV. Di kos Sakinah penelitian dilakukan pada pukul +19.00 dan terletak di kamar kos eksperimenter. Sedangkan dikos Al-zaitun penelitian dilakukan pada pukul + 20.00 dan dilakukan di ruang tamu kos.
§  Job Disc
1.      Kos Sakinah
·         Moderator/Instruktur (pemberi pertanyaan)   : Mirza Ainin A.
·         Subyek Kontrol                                              
a.       Melinda Serra Y
b.      Rima Imanda T
c.       Intan Tri M
d.      Indah Ma’rifatun H
2.      Kos Andhita
·         Moderator/Instruktur (pemberi pertanyaan)   : Intan Tri M.
·         Subyek Kontrol
a.       Melinda Serra Y
b.      Rima Imanda T
c.       Mirza Ainin A
d.      Indah Ma’rifatun H
3.      Kos Al Zaitun
·         Moderator/Instruktur (pemberi pertanyaan)   : Indah Ma’rifatun
·         Subyek Kontrol
a.       Melinda Serra Y
b.      Rima Imanda T
c.       Mirza Ainin A
d.      Intan Tri M

§  Guide
1.      Guide Observasi
a.       Setting dan situasi
b.      Penampilan fisik
c.       Perilaku yang muncul saat perlakuan
2.      Guide Interview
a.       Nama subyek
b.      Tempat tanggal lahir
c.       Tahu tidak kalau perlakuan (permintaan untuk menjawab soal) hanya settingan
d.      Bagaimana perasaanmu ketika mengetahaui pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan mengenai hitungan
e.       Bagaimana perasaanmu ketika menjawab pertanyaan nomor 1
f.       Bagaimana perasaanmu ketika menjawab pertanyaan nomor 2
g.      Bagaimana kesanmu setelah menjawab kedua pertanyaan

14.  Hasil penelitian
Hasil penelitian ini berupa data, yang diperoleh dari pengukuran dan didukung dengan hasil observasi, interview, dan dokumentasi yang disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut:

No
Subjek
Pre
Post
1
N
0
0
2
KS
0
1
3
H
0
0
4
O
0
1
5
KH
0
0
6
N
0
1
7
F
0
1
8
L
0
0
9
I
0
0
10
A
0
0
11
F
0
1
12
I
0
1

Hasil Observasi Perilaku Subjek:
          Perlakuan dari praktikum ini adalah pemberian pertanyaan yang berupa hitungan, subjek dan praktikan yang berperan sebagai subjek kontrol diminta menjawab setelah diberi kesempatan dengan ditunjuk oleh pemberi pertanyaan. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pada sesi pertanyaan pertama, saat orang lain ditunjuk untuk menjawab, subjek akan melihat atau diam memperhatikan orang tersebut untuk mengetahui jawabannya.  Contohnya pada subjek pertama, subjek melihat kearah orang didepan dan disampingnya ketika orang tersebut menjawab pertanyaan. Demikian pula pada subjek ketujuh, ia melihat kearah orang lain satu persatu. Kemudian ketika pertanyaan kedua, yaitu sesi dimana subjek kontrol harus meragamkan jawaban dan menjawab dengan jawaban yang salah, subjek-subjek praktikum kebanyakan tertawa mendengar jawabannya berbeda dari jawaban orang lain dan beberapa mulai menghitung ulang. Pada subjek pertama, subjek menjawab benar yaitu tiga belas, namun ketika subjek kontrol semua memberikan jawaban dua belas, ia berkata,”Beneran kan? Apa aku salah hitung apa gimana ya?”.Walaupun begitu subjek tidak mengubah jawabannya ketika ditanya apakah yakin dengan jawabannya atau tidak. Sedangkan subjek kedua, selama subjek kontrol bergiliran memberikan jawaban, subjek nampak tertawa dan ketika subjek diminta menjawab subjek menjawab dua belas, sama dengan jawaban subjek kontrol. Lalu subjek ketiga, ketika instruktur mulai menanyai jawaban, subjek nampak menggaruk-garuk lengan kanannya sambil kepalanya menoleh ke subjek kontrol yang sedang ditanyai dan ketika subjek diberi kesempatan menjawab, subjek menjawab,”tiga belas”.Subjek kontrol disebelahnya menjawab,”dua belas”, subjek tertawa.Saat ditanya yakin atau tidak dengan jawabannya, subjek mengangguk sambil berkata,”yakin”.Untuk subjek keempat, saat instruktur meminta jawaban dari subjek kontrol, subjek nampak menunduk lalu memandang kearah instruktur.Saat diberi kesempatan menjawab, subjek menjawab,”dua belas”.Pada subjek kelima, subjek tidak menunjukkan perubahan ekspresi maupun perilaku.Subjek menjawab dengan benar yaitu tiga belas dan ketika ditanya apakah yakin dengan jawabannya atau tidak, subjek menjawab yakin. Kemudian subjek keenam, ia ditanya pada urutan keempat. Saat instrukstur menanyakan jawabannya pada subjek kontrol lainnya, subjek tetap menghitung menggunakan jari-jarinya dan ketika ditanya jawabannya, subjek melihat kearah instrukstur sambil berkata “dua belas”.Saat ditanya yakin tidak dengan jawabannya, subjek menjawab “yakin”.Kemudian subjek ketujuh, saat ditunjuk untuk menjawab yaitu pada urutan terakhir setelah subjek kontrol, subjek menjawab,”dua belas”.Saat ditanya apakah sudah yakin dengan jawabannya, subjek tertawa, mengangguk sambil berkata, “enggak juga”.Subjek ke-delapan menjawab “tiga belas”, dan saat ditanya yakin atau tidak dengan jawabannya, subjek tertawa dan mengangguk.Subjek kesembilan nampak mengeryitkan dahi saat mendengar jawaban dari subjek kontrol.Saat ditanya jawabannya, subjek berkata,”sembilan belas, dikurangi berapa tadi? Sepuluh ditambah sembilan, diminta kakak, ya kan? Diminta kakak berapa tadi?Tujuh atau enam? Berapa ya?”, sambil tertawa. Kemudian ia menjawab “tiga belas”. Untuk subjek kesepuluh, subjek melihat kesubjek kontrol ketika subjek kontrol diminta menjawab, subjek kemudian menjawab “tiga belas”.Subjek kesebelas juga menjawab benar, yaitu “tiga belas”, subjek tidak terpengaruh subjek kontrol. Sedangkan subjek ke-dua belas, saat dibacakan soal pandangan subjek kedepan dan subjek menggerakkan kakinya, subjek kemudian menjawab “dua belas” sama seperti jawaban subjek kontrol.
Hasil Observasi setting dan situasi :
Praktikum eksperimen dilaksanakan dengan metode kuasi eksperimen di tiga tempat yaitu di ruang televisi kost andita, ruang kamar kost Sakinah dan ruang tamu kost Al Zaitun.Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Desember 2013.Tempat pelaksanaan eksperimen yang pertama adalah di ruang televisi yang terletak dilantai 2 Kost Andita.Ruang ini sebenarnya hanyalah ruang yang memisahkan jejeran kamar disebelah utara dan selatan.Bagian barat ruangan adalah tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2. Tembok ruang tersebut dilapisi keramik berwarna coklat dibagian bawah dan bagian atas yang berupa dinding semen dilapisi cat warna krem.Subjek dan praktikan duduk beralaskan tikar.Televisi berada diatas, ditempatkan dirangka besi yang menempel didinding.Sedangkan kamera yang dipakai merekam diletakkan di meja bawah televisi.Karena ruangan berada diruang terbuka, jadi udara tidak pengap dan penerangannya cukup.Kemudian praktikum selanjutnya berpindah ke Kost Sakinah, yaitu disalah satu kamar praktikan. Kamar berukuran +3m x 3m, dengan cat dinding berwarna krem dan lantai keramik berwarna putih. Didalam ruangan tersebut terdapat 1 buah almari, 1 buah rak buku, 1 buah tempat tidur, 1 buah meja belajar, dan 1 buah kursi belajar.  Diatas almari terdapat kardus berisi buku, tumpukan tas, dan 1 buah helm berwarna putih. Di sebelah almari terdapat rak buku yang berisi buku-buku, sedangkan diatas rak tersebut terdapat kotak tissue, +2 buah gelas, +4 buah toples, dan 1 senter. Sedangkan diatas meja terdapat tumpukan buku, +2 buah laptop, 1 buah kipas angin, 1 buah kamera untuk merekam jalannya praktikum dan +6 buah handphone milik praktikan. Tempat tidur yang digunakan sebagai tempat duduk subjek dan praktikan diberi alas sprai warna coklat dan krem, diatas tempat tidur terdapat +2 bantal, 1 guling, 1 boneka ulat, 1 boneka jerapah, dan 1 selimut. Didinding kamar terdapat kaca, wall sticker, 2 buah sterofoam untuk menempel foto-foto, dan gantungan jilbab.Meskipun praktikum dilaksanakan didalam kamar, udara tetap sejuk karena kipas angin dalam kondisi menyala.Penerangan cukup karena lampu kamar yang menyala.Tempat praktikum yang terakhir adalah ruang tamu Kost Al Zaitun.Ruangan tersebut berukuran + 3m x 3m.Diruang tersebut terdapat 4 kursi yang terbuat dari kayu dan busa berwarna hijau, 2 meja kayu dan kaca. Ruangan terang karena diterangi oleh lampu neon dan udara sejuk karena pintu yang menghubungkan ruang tamu dan taman dalam keadaan terbuka.

Hasil Interview :
Dari hasil interview yang dilakukan setelah tes selesai, diketahui bahwa hampir semua subjek tidak menyadari kalau ini settingan dari praktikan.Hanya dua orang yang mengaku menyadari kalau settingan, yaitu subjek keenam dan ketujuh. Kemudian ketika ditanya bagaimana perasaan saat menjawab soal pertama, mayoritas subjek menjawab biasa saja dengan alasan yang sama yaitu karena jawaban subjek sama dengan subjek lain. sedangkan ketika ditanya bagaimana perasaan saat menjawab soal kedua, mayoritas subjek menjawab bingung dengan alasan yang sama yaitu karena jawaban dari subjek lain berbeda dengan jawabannya. Subjek kedua dan subjek keenam mengaku ragu dengan jawabannya sendiri karena itu ia ikut-ikutan jawaban yang lain. 

15.         Analisis Data
Setelah hasil pengukuran, observasi, interview dan hasil dari pengamatan dokumentasi dikomparasikan dan
diolah dalam aplikasi SPSS dengan menggunakan rumus 2 related maka menunjukan hasil sebagai berikut:

 (wah gak muncul gambar sppssnya -__-)

Hasil analisis data menunjukan bahwa signifikansi 0,014 yang menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh  yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap konformitas dalam kelompok.

16.  Pembahasan
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap konformitas.Kepercayaan diri berkorelasi negative terhadap konformitas kelompok, artinya semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah tingkat konformitasnya.
Mappiare (1995) mengemukakan bahwa, “Kepercayaan diri dihasilkan oleh keyakinan bahwa individu mampu untuk menentukan diri, memandang individu untuk bertanggung jawab terhadap perkembangan hidup.”Artinya bahwa rasa percaya diri berasal dari dalam diri individu yang memiliki konsep. Hal tersebut terbukti dari hasil observasi, beberapa subjek yang ditanya apakah yakin dengan jawabannya sendiri atau tidak subjek merasa kurang yakin apakah jawabannya benar atau tidak karena berbeda dengan yang lain.
Menurut Baron, 2008 Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh social dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma social. Hal tersebut sesuai dengan hasil interview ketika ditanya bagaimana perasaan saat menjawab soal kedua, mayoritas subjek menjawab bingung dengan alasan yang sama yaitu karena jawaban dari subjek lain berbeda dengan jawabannya. Subjek kedua dan subjek keenam mengaku ragu dengan jawabannya sendiri karena itu mereka ikut-ikutan jawaban yang lain.  Subjek terpengaruh pada kelompok.
Sedangkan dari analisis data yang didapatkan bahwa signifikansinya 0,014 yang menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh  yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap konformitas dalam kelompok.
Dari hasil observasi, interview dan analasis data SPSS, dapat disimpulkan bahwa subyek memilih conform dengan anggota kelompok lainnya karena mereka kurang percaya diri. Seperti yang diungkapkan oleh  Baron dan Byrne (2003), bahwa seseorang conform terhadap kelompok terjadi jika perilaku individu didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat. Konformitas (conformity) adalah tendesi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain (Cialdini dan Goldstein, 2004).

17.  Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
            Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri dengan konformitas analisis data yang didapatkan bahwa signifikansinya 0,014 yang menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil signifikansi karena subjek mengaku ragu jawabannya sendiri lalu ia ikut-ikutan jawaban yang lain.

Saran :
            Bagi subjek, saran yang dapat diberikan adalah agar mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, sehingga pada saat menghadapi masalah ataupun saat menghadapi mengalami situasi-situasi yang tak terduga subjek tidak terpengaruh dengan orang lain atau kelompok.
            Bagi peneliti, sebaiknya memperhitungkan mengenai tingkat kesulitan soal yang disajikan.Agar subjek lebih mudah terpengaruh dengan kelompok.Dan peneliti sebaiknya memperhitungkan mengenai jumlah subjek dalam kelompok control.Agar subjek penelitian lebih mudah terpengaruh dengan kelompok.




Daftar Pustaka
Chaplin, J. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Hakim Thursan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jess Feist, G. J. (2009). Teori Kepribadian. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Nainggolan, T. (2011). Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Sosial pada Pengguna Napza. Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02 , 161-174.
Putri, K. R. (2013). Hubungan Antara Identitas Sosial Dan Konformitas Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter Sepakbola PERSISAM Putra Samarinda. eJournal Psikologi , 241-253.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Tina Afianti, B. A. (1998). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Penganggur Melalui Kelompok Dukungan Sosial. Jurnal Psikologi , 2, 35-46.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

waah terimakasih infonya ya, tapi kenapa tabel desainnya tidak ada?

Posting Komentar